
Pembuatan kompos adalah menumpukkan
bahan-bahan organis dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang
mempunyai nisbah C/N yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau
mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila
C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N
rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat
dikemukakan cara-cara Krantz, Indore, dan Macdonald. Cara Krantz yaitu
dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah organic, dll)
ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang
sebagai aktifator, setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC,
temperatur ini bisa mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman
pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob,
selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai
sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan
sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus
ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk
mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari
pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos telah
matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002).
Cara Indore yaitu dengan menggunakan
bahan-bahan mentah (serasah, sampah, bahan organik, dll) ditumpuk
berlapis-lapis setinggi ± 60 cm dengan ukuran panjang, Lebar 2,5 x 2,5
cm. Setiap lapis tingginya sekitar 15 cm, jadi bagi ketinggian 60 cm
harus dibuat 4 lapis. Diantara lapisan-lapisan diberikan pupuk kandang
sebagai lapis yang tipis, atau disiram dengan cairan pupuk kandang.
Lakukan perlakuan pembalikan, lapisan-lapisan kompos itu secara teratur,
yaitu pada hari ke15, 30 dan 60. Pembalikan ini dimaksud untuk
meratakan penguraian. Pada pembalikan ini lapisan 1 dan ke 4 disatukan
dan jua lapisan ke 2 dan ke 3 disatukan dan tumpukan ke 1 diletakkan
dibawah dan tumpukan ke 2 diatasnya setelah umur kompos 60 hari kedua
tumpukan disatukan dan dilakukan pembalikan secara merata. Agar kompos
tetap dalam keadaan anaerob perlu ditempatkan dibawah atap agar tidak
terkena air hujan (Sutejo, 2002).
Cara Macdonald menggunakan bahan-bahan
mentah, (batang-batang kecil dan daun-daunan, serasah atau sampah
tanaman) dimasukkan kedalam tempat tumpukan bahan-bahan mentah dan
mencapai tinggi sekitar 1 m, setiap 20 cm tinggi tumpukan diberi
aktifator misalnya pupuk kandang atau sayuran yang telah busuk untuk
pengembangan bakteri. Didalam tumpukan itu akan menimbulkan panas, dalam
keadaan panas biji-biji tanaman dan larva hama tanaman dapt terbunuh.
Pada waktu kering segera siramkan cairan pupuk kandang secukupnya dan
kemudian tutup kembali. Setelah 2 sampai 3 bulan kompos dapat digunakan
(Sutejo, 2002).
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Kelembapan timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia, agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.
- Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.
- Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.
- Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.
- Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti dolomit atau abu.
- Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002)
menyimpulkan bahwa pengomposan pada dasarnya merupakan upaya
mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi
bahan organik. Mikrobia tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik
lainnya.
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun
kunci membuat kompos yang bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya
bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran
partikel. Dari ketiga pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi
pengomposan adalah hampir sama.
Mikroorganisme Sellulotik (MOS)
Mikroorganisme sellulotik digunakan
tujuan utamanya adalah untuk dapat mempercepat proses pengomposan. Usaha
mempercepat proses pengomposan dapat dilakukan dengan memberikan
inokulasi mikroorganisme selulopati seperti bakteri, fungi dan
aktinomisetes yang dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfat
(Sutanto, 2002).
Mekanisme pembongkaran sellulosa oleh
berbagai mikroorganisme, sama sekali tergantung atas sifat/keadaan
organisme dan kondisi-kondisi dekomposisi. Contoh pada bakteri aerobik
akan menghasilkan CO2, pigmen-pigmen tertentu, sejumlah
substansi (zat) sel mikrobial, sedangkan bakteri anaerobik membentuk
berbagai asam organik dan alkohol (Sutedjo, dkk, 1996).
Rao (1994) menyimpulkan bahwa dalam
kondisi anaerob, dekomposisi sampah organik terjadi sebagai akibat
kegiatan mikroorganisme yang mesofil dan termofil. Di dalam timbunan
kompos, mikroorganisme mesofil dan termofil (bakteri dan actinomycetes)
penting dalam memecahkan substrat selulosa. Mikrobia ini memecahkan
karbohidrat dan protein kompleks menjadi asam organik dan alkohol.
Effective Microorganisme (EM4)
Menurut Anonim (2008) beberapa keuntungan
aplikasi effective microorganisme adalah bahwa EM dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman
sekaligus menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian
bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik
pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan,
misalnya Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat.
EM4 pertanian
akan aktif memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau,
pupuk kandang, dan lain-lain) yang terdapat dalam tanah. Hasil
fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang
mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol,
asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik
lainnya (Anonim, 2007).
Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan
kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur
peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan
keragaman mikrobia tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kesehatan dan
kualitas tanah, dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan hasil
tanaman (Sutanto, 2002).
Disamping itu, menurut Indriani (2007)
kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)
memperbaiki struktur tanah, (2) memperbesar daya
ikat tanah berpasir, (3) menambah daya ikat air pada tanah, (4)
memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, (5) mengandung hara
yang lengkap, (6) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia,
dan (7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang
merugikan.
Kadar N dari pupuk kambing adalah tinggi.
Kadar airnya lebih rendah daripada pupuk kandang sapi oleh sebab itu
perubahannya berlangsung cepat seperti pupuk kandang kuda
(Sosrosoedirdjo, dkk, 2002).
Kambing atau domba mempunyai kuantitas dan komposisi kotoran segar yang dikeluarkan ;
Hewan kotoran per ton air % N pon P2O5 pon K2O
Kambing cairan 660 - 9,9 0,3 8,4
Domba padat 340 - 10,7 6,7 13,8
(Foth, 1995).
Kambing dan domba 0,5 kg/hari, apabila
kotoran tersebut dikomposkan maka akan terjadi penyusutan sekitar 50%.
Apabila kmpos tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik untuk
tanaman pangan. Takaran pupuk organik sekitar 2 ha, maka luas lahan yang
dapat dipupuk mencapai 7,25 juta ha (Stevenson, 1981).
Kotoran kambing dan biri-biri mempunyai
banyak persamaan dan banyak mengandung N. kadar airnya lebih rendah dari
kotoran sapi dan kerbau. Oleh karena itu perubahan yang terjadi
berlangsung cepat dan hampir sama dengan kotoran kuda,
sehingga digolongkan sebagai pupuk panas (Sosrosoedirdjo, dkk, 1992).
Manfaat Kompos Bagi Tanah dan Tanaman
Menurut Rosmarkam dan Yuwono
(2002) sifat baik dari kompos yang merupakan pupuk organik terhadap
kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca,
Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil, dapat mempermudah
pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat permeabilitas tanah menjadi
lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemberian pupuk organik akan menambah
unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase
unsur hara yang bertambah dari pupuk organik masih lebih kecil
disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk organik adalah
sebagai berikut:
- kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang
- sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
- sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup (Indriani, 2001).

(1) memperbaiki struktur tanah,
(2) memperbesar daya ikat tanah berpasir,
(3) menambah daya ikat air pada tanah,
(4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
(5) mengandung hara yang lengkap,
(6) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, dan
(7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Kesimpulannya, kompos itu mudah dibuat dan sangat banyak manfaatnya. So ayo kita lestarikan bumi kita .D